Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Puisi Imam Khoironi | Radar Tasikmalaya

Selamat Hari Puisi Nasional Mari Berpuisi Untuk Indonesia yang Lebih bersemi #Dirumahaja #Bacapuisi #Bersastrauntuknegeri     Di Dapur Matahari belum gegap, ufuk timur masih senyap. Pagi masih berhutang dengan malam, Ia melunasinya kali ini Tapi kulihat di dapur, cahaya dari sudut lain semarak. Cahaya dari api di tungku penghidupan Suara wajan yang beradu dengan pedang, menggiring anak-anak ayam mewarta, pada induk mereka Namun, sebelum kayu bakar benar-benar menjelma bara Sebelum asap diserap daun-daun pagi Sebelum air di dalam panci, bergemuruh Sebelum seluruh batu bata di dapur, menghitam Sebelum aku mengerang karena maag, Suara Ibu sudah masak di daun telinga mendoa buatku, membangunkanku Candipuro, 26 Maret 2019 Lekang Aku akan terima segala ucapan Bermula saat kedatangan Hingga akhirnya bertemu selamat tinggal, Selamat jalan dan sampai jumpa. Pada setiap jumpa, kita akan mencari Waktu untuk berpulang Meski satu d

Puisi Imam Khoironi | Bali Pos

Sumpah Seorang Pemuda Kepada Ibunya Ibu. Aku bersumpah demi yang lebih tinggi Dari bendera dan   apa saja Tanahmu, akan kujadikan tempat kuburku Meredam panas darahku Ibu. Aku bersumpah demi penguasa kehendak Dan kehendak itu sendiri Nasibku biar jadi misteri Semoga menjadi jati diri Ibu. Aku bersumpah demi penyair paling merdeka Dan paling berkuasa di jaga raya Puisi ini kutulis tanpa bahasa apa-apa Kecuali ini bahasamu, Ibu. Way Halim, 28 Oktober 2019 Menggambar Pohon Bagi kami: Yang membalut napas dengan debu kering tanah lapang Retak dan merekah seperti bunga di pertengahan musim semi Serta tidak lupa mengantar doa menuju langit melalui lampion-lampion Juga mantra-mantra yang tak lagi kudus Mencari jalan setapak untuk menemui roh Yang coba menembus langit membincangkan Pengadilan dunia pada Tuhan Ketahuilah: Akar-akar rumput sudah menembus batu Dan pohon dengan daun-daun hijau hanya ada Pada buku mewarnai anak