Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label RUANG CERITA

Cerpen "Darah Daging" | Medan Pos

Darah Daging Terbit pada 2 Februari 2020 Menyepi suasana rumah itu sekarang, setelah ditinggal salah satu penghuninya. Rumah sederhana itu kini cuma ada 2 manusia berteduh disana. Seorang anak laki-laki dengan ibunya. Siang itu terdengar suara seorang anak laki-laki masuk kerumah itu dan memanggil – manggil ibunya “Ibu... Ibu... Ibu...” sembari menangis tersedu – sedu. “Ada apa nak? Mengapa kau menangis?”   Maisaroh kaget melihat putranya masuk rumah sambil menangis. “Apakah semua orang di komplek rumah kita sudah lupa dengan namaku? Sehingga mereka memanggilku Topik , itu kan nama ayah,” ujar Ardan dengan nada kebingungan, masih sambil menangis. Dengan santai Maisaroh menjawab pertanyaan anaknya “Jadi hanya karena itu jagoan ibu menangis, lalu apakah kau mau tau mengapa mereka memanggilmu dengan nama almarhum ayahmu?” Ardan tidak menjawab, dia hanya menganggukan kepala dengan masih diiringi senggukan. Kemudian Maisaroh berjalan meninggalkan Ardan, menuju sebuah kamar

Cerpen "Hakikat Hujan" (Kabar Madura-Senin, 17 Juni 2019)

Hakikat Hujan Matahari bersinar terik hari ini. Sinarnya menembus kulit sampai ke darah. Namun itu semua tak sedikitpun mengurangi semangat Mak Tinah dan kawan-kawannya bekerja menanam padi di sawah milik Dul Hasan, petani muda yang sangat sukses. Sementara dari jauh nampak seorang pemuda, berlari melewati tanggul kali menuju sawah milik Dul Hasan, larinya seperti anak kecil, sering kali dia terpeleset dan jatuh lalu bangkit lagi, menjadi bahan tertawaan para petani di sekitar tanggul. Dia Dul Rohim adik dari Dul Hasan yang masih berusia 18 tahun, lebih muda 5 tahun dari kakaknya. Dia berlari sambil berteriak, memanggil-manggil Mak Tinah yang sedang menanam padi di sawah. “Mak Tinah... Mak Tinah...” begitu ia memanggil wanita paruh baya yang sudah lama ditinggal mati suaminya, dan kini hidup sendiri setelah anak perempuan satu-satunya merantau ke kota. Mak Tinah melihat Rohim dengan heran, seperti ada sesuatu yang sangat ingin disampaikan Rohim sampai-sampai ia mau lari-

Cerpen "Maling Sandal" di Medan Pos

Maling Sandal  Medan Pos, 24 April 2019 Malam yang hening diawali suara azan pertanda waktu Isya sudah datang. Malam ini adalah malam ke 25 bulan Ramadan. Memang tak terasa sudah 24 hari bulan puasa dilalui dengan penuh keberkahan, ibadah setiap hari, serta makanan enak yang dimasak oleh ibu setiap hari. Berbuka dengan kolak membuatku kembali semangat menjalankan ibadah malam ini, terutama s a lat tarawih dan tadarus Al-Qur’an di masjid dekat rumahku. Setelah berwudhu dan berganti pakaian, memakai sarung dan baju koko serta kopyah aku siap berangkat ke masjid untuk solat tarawih. “Arif, ayo kita berangkat, nanti kita terlambat!” terdengar suara dari luar kamarku, ternyata A yah memanggilku agar segera bergegas. “Iya , A yah , ” j awabku dari dalam kamar. “Pakai sandal yang lama saja, yang baru besok pakainya waktu lebaran saja,” p inta A yahku. “Memang kenapa , Y ah . Ada apa dengan sandal baruku?” t anyaku sedikit agak bingung. “Tidak ada apa-apa dengan sandal b