Langsung ke konten utama

Postingan

Puisi Imam Khoironi di Denpasar Post Edisi 28 September 2019

Kepada Puisi Kepada puisi, yang ramah dan (tak) mengenal patah hati Kukabarkan harapan dan kemungkinan Mengenai hal-hal dalam dua bulan penuh penantian Kepada puisi, yang tulus dan mencintai sunyi Sepenuh hati dan ketahuilah Bahwa separuh doaku adalah padamu Dan mengenalimu adalah suatu kesucian Kepada puisi, yang menjelma seorang peri Malam sudah kuputuskan untuk menanggalkan bintang-bintang Dan berilah aku mantra sebagai bekal Dalam tujuanku menghabiskan sisa usia Yang kosong dalam perjalananku menuju kematian Lampung, Juni 2019 Kabar dari Kota Sudah datang kepadaku Melalui surat kabar dan pesan singkat Sebuah berita tentang kemalangan. Lama, jarak yang harus ia tempuh Dalam sebuah pengembaraan di jalan terjal Tempatku akan menjejakkan kaki Sebagai pecundang Di manakah detak nadiku . Begitu jeritanmu Pertanyaan tentang bagaimana kabar Kawan-kawan kita yang gugur di pabrik Menjadi kembang musim hujan yang tunduk pada

Puisi Imam Khoironi_Bangka Pos Edisi 8 September 2019

Mendengarkan Ricik air terbenam di wadah-wadah mendung Suaranya serupa semilir angin Menepuk daun jati yang gugur Di muka kemarau Takdir memelukku erat Hingga biduk yang kunanti tiba Aku hanya mendengarkan suara gerimis Lampung, Juli 2019 Senandung Maka beri tahu aku Ihwal lagu itu Di kalbumu senyap saja Tampak tubuhmu tak lagi menyanyi Sampai senja menelan apa saja Yang berderap di muka kota Aku tak lagi mendengar angin Yang dahulu bersemayam di lagumu Lampung, Juli 2019 Angin dan Pohon /I/ Namun sampai bila juga Hatiku akan menjemput keniscayaan Di dalam ruh yang bertebaran Kutahu angin membawa namamu Bayangmu pasti kerlip bintang, Atau teka-teki tentang pelangi Akankah ia muncul bersama gerimis Yang melambai pada berkas cahaya? /II/ Lalu sampailah kita Tanpa pertanyaan dan jawaban apa-apa Kehendak hanya datang Ia tak pernah pulang Hingga satu ketika waktu membuka Setiap rahasia dari lagumu Atau mungkin juga angin Bertengger di pepohonan

Puisi-puisi Imam Khoironi di Radar Mojokerto Edisi 18 Agustus 2019

Di Jalur Pulang Ini Aku Di jalur pulang ini aku Mencoba memisahkan Antara rindu dan kesedihan Menjahit napas sengal dan tangisan Menjala kemungkinan yang ragu-ragu Untuk menjadi pasti Di dalam deru mesin angkot Yan berada pada lajur kepulanganku Aku merangkai detik Yang akan kulalui di titik kepulangan Di jalur pulang ini aku Menata jalan Lewat persimpangan, tanjakan dan perpisahan Aku musafir yang akan datang Dan tak menyertakan peta Di saku kemeja Di jalan pulang ini aku Mencatat semua hal Termasuk percakapanku Dengan kenangan Lampung Selatan, Juli 2019 Di Atas Bukit Nada sunyiku saling bertautan Menggandeng tangan Membentuk melodi: Harmoni penuh pengharapan Sunyi yang patah menjadi senandung Dan burung pipit ikut bersahutan Mendendangkan lagu keceriaan Liriknya dari butir hujan Berpadu dengan angin yang menitipkan jiwanya Pada daun dan rumput-semak Mengiringi derapan pagi sampai penuh hari Meng

Puisi -puisi Imam Khoironi di Radar Malang

Edisi Minggu, 7 Juli 2019 Menunggu Kepulangan Ayah hari sudah hampir penuh dengan peluh dan lelah membasahi tiap-tiap doaku, saat melangkah menuju surau yang jaraknya melaju ke ujung kesunyian dan kau pun belum juga ingat waktu dan masih mencangkuli ladang citaku setelah matahari mengucapkan sampai jumpa dengan pepohonan dan bulan menyampaikan selamat jalan pada dunia yang ramai di desa kau baru ingat kalau rumah ini punya dunianya sendiri dan juga butuh apimu Lampung, Juni 2019 Menunggu Ibu Pulang tak seperti waktu yang biasa mengalir di sela-sela jemarimu kepergianmu yang berselamat pagi pada embun itu tak pernah mendapat sambutan cahaya pagi lembar demi lembar rindu terus menumpuk, tumbuh dari daun-daun kasihmu yang perlahan gugur di taman surga waktu yang tak kunjung menemui buntu sedangkan kepulanganmu selalu kutunggu di taman yang embun itu menetes dari bunga askh yang tak bisa mengharumi rumah kita Lampung,

Esai_Gelar Penyair

Gelar Penyair Radar Malang-Minggu, 19 Mei 2019 Puisi adalah sebuah hasil karya tulis yang tergolong dalam jenis karya sastra. Arti dari sastra sendiri dalam KBBI adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai di kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Namun definisi tersebut tidak bisa dijadikan acuan dalam memaknai karya sastra secara lebih luas. Bisa jadi sastra adalah bahan yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan pesan dengan indah, dan non eksplisit. Karena poin penting dari sastra adalah gaya bahasa yang digunakan, bagaimanapun seorang penulis puisi bisa disebut penyair adalah karena bahasa dalam puisinya, namun akan saya uraikan secara lebih jelas dan   rinci di bawah. “Konon puisi adalah mahkota bahasa. Puisi adalah hasil yang dicapai jika seseorang mampu bermain-main dengan bahasanya.” (Sapardi, 2016:3). Dalam hal ini Sapardi menggaris-besarkan pada permainan bahasa. Bahasa dalam karya sastra, dalam hal ini puisi, haruslah memiliki ciri khas yang bis

Puisi-Puisi Imam Khoironi di Malang Post Minggu, 30 Juni 2019

Negeri Bulan Mei Ini tentang Mei, bukan soal Budi Utomo Ataupun hujan yang pelan-pelan lindap; Takut pada Juni Ini tentang Mei, yang separuhnya bermandi api Meski pada separuh mula, ia hujan-hujanan pada April Ini tentang Mei, jalanan yang sedari dulu Selalu penuh debu dendam dan deru ambisi; Ini juga tentang Mei, api yang tak kunjung Padam, didera tangis di banjiri jeritan Ini tentang Mei, yang setiap tahun Berbaju api, berwajah besi Ini negeri bulan Mei. Lampung Mei 2019 Takut Air Hujan hujan membunuh hiruk pikuk di jalan kota hanya ada tukang bakso keliling ting, ting, ting dia masih berjualan meski sudah basah kuyup motor si tukang bakso alangkah liar pikiran si tukang bakso dia berhenti memasang payung di atas motor untuk memayungi bakul yang menggigil terlalu kedinginan dan baksonya terlalu takut air hujan sedang dirinya masih memukul mangkok membaca mantra penghenti hujan dia nampak sangat kedinginan Lampu