Puisi Imam Khoironi Belajar Membaca Puisi Kubaca puisimu, saat petus menggelegar Dan awan memenjara bintang-bintang Angin nampak gusar Menjemput burung-burung Lonceng gereja berdentang, langit menggerutu Wahai Rendra, mengapa orang menyebutmu merak? Kubaca sajak-sajakmu, ketika hujan menelanjangi anak-anak Dan membungkus udara dengan sendu Selokan yang penuh lumpur Berubah menjadi dapur bagi katak Rendra, tiadakah wajah lain burung merak? Kubaca puisimu, saat jam di tangan menyebut sore Dan detak kegelisahan menggerai Rasa rindu membelit, menganyam Pohon akasia di depan surau bergoyang kegelian Wahai Rendra, mungkinah puisi ini seindah ekor burung merak? Lampung, April 2019 Belajar Merindu di jauh yang kau selamat jalan di jarak yang engkau merindu ada tempat, yang disana kata tak lagi bersemayam hanya berhunikan rasa dan suara, suara yang memanggil namaku rasa yang menggenangi hatimu di jalan yang engkau menan
Blog ini berisi karya-karya tulisan saya yang telah dimuat di media baik cetak maupun elektronik. Untuk sementara ini ada dua rubrik yaitu Ruang Sajak dan Ruang Cerita, dan akan menyusul setelahnya Kamar Esai dan InsyaAllah akan ada Ruang Tamu bagi teman-teman yang ingin berkontribusi mengirimkan karyanya.